Mengenal Kode Cara Kerja Pestisida Secara Lengkap
Mengenal Kode Cara Kerja Pestisida |
Pestisida menjadi salah satu bahan kimia yang umum digunakan, khususnya pada bidang pertanian untuk memberantas hama serta penyakit tanaman.
Namun, jika Sobat menggunakan pestisida secara tidak bijaksana, maka akan menimbulkan dampak negatif.
Untuk menghindari hal itu, Sobat harus mengetahui kode cara kerja pestisida supaya dapat mengatur penggunaan pestisida dengan bijak.
Hingga saat ini, rotasi penggunaan pestisida hanya berdasarkan pada bahan aktif berbeda. Tetapi, Insecticide Resistance Action Committee (IRAC) serta Fungicide Resistance Action Commite (FRAC) memerintahkan supaya rotasi itu dapat dilakukan dengan cara kerja berbeda. Sebab, ada beberapa bahan aktif berbeda dapat bekerja secara bersama-sama.
Oleh sebab itu, IRAC serta FRAC memberikan kode cara kerja pestisida untuk mempermudah penerapan pergiliran oleh para penggunanya.
Di bawah ini akan dijelaskan beberapa kode cara kerja pestisida yang sudah dikelompokkan oleh IRAC dan FRAC, serta dianjurkan Komisi Pestisida Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
Tujuannya adalah untuk mengendalikan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) pada tanaman palawija dan sayuran.
Jenis dan kode Cara Kerja Pestisida Secara Lengkap
Pestisida memiliki banyak sekali jenis sesuai dengan hama yang akan diberantas. Khusus hama tumbuhan, jenis pestisida terdiri dari Insektisida, Akarisida, Fungisida serta bakterisida.
Berikut ini merupakan beberapa cara kerja beserta kode cara kerja pestisida lengkap yang wajib Anda ketahui, yaitu:
Kode Cara Kerja Insektisida dan Akarisida
Jenis Insektisida dan Akarisida memiliki beberapa kode cara kerja pestisida sesuai golongannya masing-masing, diantaranya:
1. Karbamat dan Organofosfat
Kode cara kerja pestisida dari Karbamat adalah 1 A, sementara Organofosfat yaitu 1 B. Sementara bahan aktif yang terkandung dalam Karbamat terdiri dari Alankarb, Bendiokarb, Karbaril, Etiofenkarb, Formetanat dan lainnya.
Lalu, bahan aktif yang ada dalam Organofosfat sangat banyak, beberapa diantaranya Asefat, Kadusafos, Fention, Vamidotion, Foksim, Naled dan masih banyak lagi.
Untuk cara kerja Karbamat dan Organosfofat ialah untuk menghambat AChe (acetylcholinesterase) yang dapat menyebabkan hyperexcitation. AChe sendiri merupakan enzim yang dapat mengakhiri aksi rangsang neurotransmiter asetilkoin terhadap sinapsis saraf.
2. Siklodin Organoklorin dan Fenilfirazol
Siklodin Organoklorin memiliki kode cara kerja pestisida 2 A, sedangkan Fenilfirazon kode cara kerjanya adalah 2 B.
Nama bahan aktif dari Siklodin Organoklorin adalah Klordan dan Endosulfan. Lalu untuk Fenilfirazol, nama bahan aktif yang terkandung didalamnya adalah Etiprol serta Fipronil.
Adapun cara kerja keduanya adalah sama, yaitu memblokir saluran klorida aktivasi GABA yang dapat menyebabkan hyperexcitation serta kejang-kejang.
3. Piretroid dan Piretrin serta DDT dan Metoksiklor
Piretroid dan Piretrin memiliki bahan aktif Acrinatrin, d-trans Alletrin, Bioresmetrin, Sipermetrin, Resmetrin dan masih banyak lagi. Sementara bahan aktif dalam DDT dan Metoksiklor adalah DDT Metoksiklor.
Untuk kode cara kerja pestisida golongan Piretroid dan Piretrin adalah 3 A, sedangkan DDT dan Metoksiklor yakni 3 B. Keduanya memiliki cara kerja sama, yaitu dapat membuat saluran natrium tetap terbuka. Namun, dalam beberapa kasus, hal ini dapat mengakibatkan reaksi berlebihan oleh saraf.
4. Neonikotinoid dan Nikotin
Neonikotinoid memiliki kode cara kerja 4 A, sementara Nikotin adalah 4 B. Untuk bahan aktif Neonikotinoid terdiri dari Asetamiprid, Dinotefuran, Klotianidin, Tiakloprid, Nitenpiram, Imidakloprid serta Tiametoxam. Lalu untuk bahan aktif Nikotin bernama Nikotin sendiri.
Adapun kedua cara kerja dari Neonikotinoid serta Nikotin adalah dapat meniru tindakan agonis asetilkolin pada nAChRs, sehingga menyebabkan hyperexcitation.
5. Spinosin
Kode cara kerja pestisida dari Spinosin adalah 5. Lalu, untuk bahan aktifnya sendiri terdiri dari Spinosad dan Spinetoram. Sementara cara kerjanya yaitu Allostericallu dapat mengaktifkan nAChRs yang menyebabkan hyperexcitation dari sistem saraf.
6. Fosfin dan Sianida
Fosfin memiliki kode cara kerja 24 A dengan bahan aktif Aluminium Fosfid, Kalsium fosfid, Zinc fosfid, serta Fosfine. Sementara Sianida kode cara kerjanya adalah 24 B dengan bahan aktif bernama Sianida.
Adapun cara kerja kedua golongan ini adalah menghambat transfor elektron pada mitokondria, sehingga dapat mencegah pemanfaatan energi yang terdapat dalam sel.
Kode Cara Kerja Fungisida dan Bakterisida
Jenis Fungisida dan Bakterisida memiliki beberapa golongan dengan kode cara kerja pestisida masing-masing, yaitu:
1. Inorganik, Inorganik, Ditio-Karbamat, Ftalimid, Kloronitril (Ftalonitri), Sulfamid, Guanidin, Triazin dan Quinon (Antraquinon)
Golongan dari jenis Fungisida dan Bakterisida ini memiliki kode cara kerja dari M 1 sampai M 9 dengan bahan aktif berbeda, diantaranya:
Inorganik (M1) = Kopper (different salts)
Inorganik (M2) = Sulfur
Ditio-Karbamat (M3) = Ferbam, Ziram, Mankozeb, Zineb, Maneb, Tiram, Metiram dan Propineb
Ftalimid (M4) = Kaptan, Folpet dan Kaptafol
Kloronitril (Ftalonitril) (M5) = Klorotalonil
Sulfamid (M6) = Diklofluanid dan Tolifluanid
Guanidin (M7) = Guazatin dan Iminoktadin
Triazin (M8) = Anilazin
Quinon (Antraquinon) (M9) = Ditianon
Adapun cara kerja dari kode M1-M9 adalah memiliki kontak pada banyak target, memiliki aktivitas kontak bahan aktif fungisida terhadap banyak target.
Selain itu, umumnya dianggap sebagai kelompok fungisida yang memiliki risiko rendah tanpa ada tanda-tanda resistensi. Dengan kata lain, tidak ada resistensi silang antara anggota kelompok M1 sampai M9.
2. Benzimidazol serta Tiofanat
Kedua golongan ini memiliki kode cara kerja pestisida 1 dengan bahan aktif berbeda. Benzimidazol memiliki kandungan bahan aktif Benomil, Tiabendazol, Karbendazim serta Fuberidazol. Sementara bahan aktif yang ada dalam Tiofanat adalah Tiofanat-metil serta Tiofanat.
Untuk cara kerjanya sendiri adalah sama, yaitu menganggu mitosis dan pembelahan sel, resistensi pada beberapa spesies jamur, serta memiliki resistensi silang dengan kelompok yang sama, tetapi tidak memiliki resistensi silang pada N-Fenil Karbamat.
3. Dikarboksimid
Dikarboksimid memiliki kandungan bahan aktif Iprodion, Klozolinat, Vinklozolin serta Prosimidon. Sementara kode cara kerja Dikarboksimid adalah 2.
Kemudian, cara kerja dari Dikarboksimid adalah untuk mengganggu signal transduksi enzim, transduksi sinyal, serta memiliki risiko sedang hingga tinggi untuk terjadi resistensi.
4. Piperazin, Piridin, Pirimidin, Imidazol dan Triazol
Kode cara kerja pestisida ini adalah 3 dengan beberapa bahan aktif berbeda, yaitu:
Piperazin = Triforin
Piridin = Pirifenoks dan Pirisoksazol
Pirimidin = Fenarimol, Nuarimol
Imidazol = Imazalil, Triflumizol, Okspokanazol, prokloraz, Pefurazoat
Triazol = Azakonazol, Bromukonazol, Bitertanol, Dinikonazol, Tetrakonazol dan lainnya.
Adapun cara kerja dari semua golongan ini adalah menganggu sterol biosintesis pada membran, terdapat perbedaan besar dalam spektrum aktivitas fungisida, serta mengalami resistensi pada beberapa spesies cendawan.
5. Asillalani, Oksazolidinon dan Butirolaktron
Asillalani, Oksazolidin serta Butirolaktron memiliki kode cara kerja 4. Untuk bahan aktif yang terkandung dalam Asillalani adalah Benalaksil, Furalaksil, Benalaksil-M (=Kiralaksil), Metalaksil-M (=Mefenoksam) serta Metalaksil.
Kemudian, bahan aktif dalam Oksazolidinon adalah Oksadiksil, lalu Butirolaktron adalah Ofurase.
Adapun cara kerjanya adalah menganggu sintesis asam nukleat, perlawanan dan resistensi silang diketahui ada pada berbagai jenis cendawan Oomycetes namun belum ada yang tahu mekanismenya. Lalu, terdapat juga risiko tinggi untuk terjadi resistensi.
Demikian informasi seputar kode cara kerja pestisida yang dapat Sobat ketahui. Masih banyak kode cara kerja lain yang bisa Sobat simak, baik itu dalam jenis Fungisida, Bakterisida, Insektisida serta Akarisida.